Serunya Offroad Menuju Air Terjun Kokoi

Di dalam perjalanan menuju Arga Makmur, gua sempat ditanya kakak ipar gua Mas Aan “mau wisata kemana di Bengkulu ini?” Gua jawab : Air Terjun Kokoi

“Wah objek wisata baru itu, kata orang aksesnya sulit…”

“Memang jalan kaki gak bisa?” Gua penasaran.

“Jauh itu, sekitar 10km!”

“Bisalah 2 jam!” Gua nyerocos pede.

Setelah percakapan tersebut Mas Aan tidak bisa tidur, dia sibuk menelpon kenalan-kenalannya menanyakan info soal transportasi ke Air Terjun Kokoi. Dari yg dia denger, Air Terjun Kokoi biasanya ditempuh menggunakan motor trail dikarenakan kondisi jalannya yg masih tanah dan jaraknya yg jauh. Gua sendiri santai saja karena niat gua jalan kaki. Asalkan malam ini tidak hujan, besok pagi gua jalan kesana.

Pagi-pagi benar gua diajak Mas Aan ke rumah temannya yaitu Mas Bambang. Katanya Mas Bambang punya motor yg dimodif menjadi motor trail.

Sampai di rumahnya Mas Bambang mengeluarkan motor. Gua mulai menelan ludah. “Busyet! Motor kopling…” kata gua dalam hati. Walaupun ketar-ketir tapi gua gak perlihatkan. Gengsi juga lanang gak bisa bawa motor cowok. Pura-pura cool aja… *ngelap keringet.

“Kuncinya mana Mas?” Gua bertanya ke Mas Bambang.

“Oh ini gak pake kunci, sambungin kabel ini aja” Mas Bambang menerangkan sambil menunjukkan ke arah mesin. “Ini modifan motor CB jadul” dia menambahkan.

Gua mencoba menghidupkan motor. Kaki gua berkali-kali menggoyang kick starter tapi motor susah hidup. “Jreeeng…” akhirnya gitar Bang Oma, eh motor Mas Bambang nyala juga *fyuh, ngelap keringet lagi

Mulai memasukkan gigi… dan… motor mati.

“Gasnya harus dimainkan, Dit… Motor trail emang gitu, beda sama motor kopling biasa.” Mas Bambang menyalakan motor, menambah setelan gas kemudian memberi contoh menggeber-geber gas motornya.

Batin gua, motor kopling biasa aja belum tentu bisa apalagi motor ini. Eh, tapi ada untungnya juga deng… Jadi, gua gak terlalu malu-malu amat. Coba bayangin kalo itu motor baru yg gampang dinyalakan dan user friendly, eh pas gua pake mati-mati… Tengsin gua…

Singkat cerita, setelah beberapa kali mesin mati akhirnya gua mulai terbiasa mengendalikan motor tersebut. Gua jemput bini gua di rumah Mas Aan, kemudian langsung menuju titik start trekking ke Air Terjun Kokoi yaitu jembatan Sigemuk.

Disana gua bertemu dengan teman Mas Aan yg kebetulan hendak kesana juga, namanya Mas Jumadi yg berboncengan dengan anak dan istrinya. Mas Aan kemudian menitipkan kami kepada mereka untuk ditemani ke air terjun.

Jalan menuju air terjun ternyata bukan jalan normal yg memanjakan pengguna. Mayoritas adalah jalan tanah, ada beberapa yg berbatu dan sekali kami melalui jembatan kayu. Ingat ya Boots… Jalan tanah, jalan berbatu, jembatan kayu… jadi kalo Dora nanya, kamu sudah bisa jawab.

Lancar di jalan raya, belum jaminan lancar di offroad. Beberapa kali motor mati terutama ketika menanjak jalan berbatu yg sedikit curam.

Mas Jumadi akhirnya menawarkan untuk bertukar motor. Namun motor dia lebih sulit lagi. Waduh gimana nih? Kapan sampenya kalo sering mati? Mana blom kebayang trek selanjutnya kayak gimana, apakah sama atau malah lebih ekstrim? Balik aja apa ya? Batin gua mulai panik.

Mas Jumadi gua tawarin untuk duluan aja tapi dia gak mau. Akhirnya dia punya ide untuk menukar motor sama motor pekerja pengangkut kelapa sawit yg tinggal di sekitar situ. Dia pacu motornya kembali ke titik start untuk mencari motor yg bisa ditukar. Hampir setengah jam kemudian dia kembali membawa motor bebek yg telah dimodif bannya. Kami melanjutkan perjalanan kembali. Kali ini bertambah barengannya jadi konvoi 4 motor.

Trek berikutnya ternyata lebih sulit lagi, terutama jalan tanah basah berlumpur. Untung gua udah tuker motor. Rada lihai gua bawa motor non kopling. Namun, beberapa kali motor tersangkut di lumpur. Semua pengendara yg lain juga mengalami hal yg sama. Untungnya kita konvoi, jadi bisa saling bahu membahu mengangkat motor yang tersangkut.

Rutenya ternyata lumayan jauh dan parahnya dari seluruh orang yang ikut tidak ada yg sudah pernah kesana. Jalan ngikutin feeling aja, sampai-sampai kami temukan jalan yg sudah diplester. Kemungkinan ini rute mobil pengangkut kelapa sawit, dan belakangan gua tahu bahwa rute yg gua lewatin bukan rute yg pada umumnya orang lalui ketika hendak ke Air terjun Kokoi. Artinya ada titik start selain jembatan Sigemuk.

Walaupun salah ambil rute dan trek sulit, namun ini malah jadi sensasi tersendiri bagi gua. Untuk seorang backpacker, tujuan akhir bukan yang utama. Justru pada perjalanan itulah kenikmatan sesungguhnya. Perjalanan yg akan menjadi cerita, bagaimana perjuangan menuju lokasi.

Perjalanan yg melelahkan, berkali-kali kami berhenti untuk mengangkat motor ataupun beristirahat sejenak. Bonusnya, 3 kali kami menemukan duren jatuh. Lumayan buat cuci mulut ketika beristirahat. Semoga yg punya ikhlas…

Akhirnya setelah kurang lebih 2 jam kami tiba di lokasi Air Terjun Kokoi. Rasanya damai banget berendem disini setelah kotor-kotoran di lumpur.

Perjalanan pulang lebih cepat. Dalam waktu 1 jam kami sudah sampai di titik awal yaitu Jembatan Sigemuk. Kaki kram plus baret-baret, perut kosong pula. Kami memutuskan untuk langsung mencari warung makan…

Tips:
1. Jika hendak kemari pastikan malam sebelumnya tidak hujan. Apabila hujan malam sebelumnya, aliran air menjadi sangat deras dan rawan adanya air bah. Jadi, berenang sangat tidak dianjurkan dalam kondisi seperti itu.
2. Jangan lupa membawa minum dan makan (bagi yg cepet lapar). Perjalanan akan sangat melelahkan dan gak ada warung disini.

 

@ Koordinat

  • Air Terjun Kokoi : -3.40521, 102.23389
  • Jembatan Sigemuk (akses masuk) : -3.43376, 102.24246

 








AIR TERJUN KOKOI



 

1 thought on “Serunya Offroad Menuju Air Terjun Kokoi

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.