Tomia, Destinasi Wajib Wakatobi

Berangkat dari Jakarta ke Makassar pada malam hari sebab gua gak mau ketinggalan pesawat pagi ke Wakatobi. Gapapa deh nginep di bandara daripada gua mesti naik pesawat siang, bisa-bisa gua udah ngeluarin plan B di hari pertama.

Ada 2 waktu keberangkatan ke Wangi-Wangi (ibukota kabupaten Wakatobi) dari Makassar pada Desember 2016 lalu yaitu pagi hari pada pukul 08.10 & siang hari pukul 12.05. Perjalanan pesawat pagi lebih lama daripada pesawat siang karena harus transit di Kendari. Walaupun begitu, gua lebih nyaman kalo sampe lebih awal karena jujur aja gua agak kurang informasi soal jadwal kapal & transportasi di Wakatobi.

Sesuai plan A yg gua buat kalo destinasi awal gua adalah Pulau Tomia, kemudian Kaledupa lalu kembali lagi ke Wangi-Wangi (sengaja gua ambil yg paling jauh dulu biar pulangnya gak terburu-buru), maka sesampainya di Wangi-Wangi sekitar jam setengah 11 langsung meluncur pake taxy ke Dermaga Mola Raya. Tarif taxy disini flat 100 ribu rupiah untuk mengantar ke seluruh tempat di Wanci. Kalau mau muter-muter dinego aja say… Pasti bisa say… Dinego sampai okkaiii…

Dermaga Mola Raya berada di bagian barat Wangi-Wangi sedangkan bandara di sebelah timur. Jaraknya sekitar 18km. Walaupun begitu karena jalanan disini kosong jadi gak membutuhkan waktu tempuh lama. Jam 11 siang gua & istri gua udah tiba disini. Dari info yg gua dapat kapal ke Tomia berangkat jam 1. Kami memanfaatkannya untuk cari makan dan jalan-jalan di sekitar. Direkomendasikan untuk nyobain nasi bakar bambu yg dijajakan ibu-ibu di sekitar dermaga, yaitu berupa ketan sudah dibumbui yg dimasukkan ke dalam bambu lalu dibakar. Makannya digado aja udah enak, udah ada rasanya atau cobain makan ala gua, dicampur sama happytos biar ada kriuknya. Hehehe…

Sebelum jam 1 kami udah standby di dermaga. Agak ngaret karena nunggu penumpang penuh, kapal baru berangkat sejam kemudian. Bagi gua wajarlah, soalnya kan gak mungkin ngambil penumpang di tengah laut. Lha emangnya angkot… 😀

Kapal angkutan ke Tomia ada 2 macam, speed boat (orang sini bilang spid) dan kapal kayu. Spid berukuran lebih kecil, bangku hanya muat 1 orang masing-masing di kanan & kiri. Untuk waktu tempuh lebih cepat, namun gak terlalu jauh perbedaannya.

Penduduk Wakatobi ramah dan cenderung senang mengobrol. Suasana kapal pun gak pernah sepi dan membuat gua tidak merasakan bosan dalam perjalanan 2 jam ini. Di tengah perjalanan, gua diajak juru mudi untuk naik ke atas kapal. Ternyata banyak lumba-lumba yg mengikuti kapal. Sayangnya gua telat ngeluarin kamera. Alhasil, selfie aja dah… 😀

Setibanya di dermaga Tomia, kami membagi tugas. Istri nungguin tas di dermaga, sementara gua keliling-keliling cari penginapan… Mmmm… Sebenarnya gak keliling sih, gua hanya mencari penginapan terdekat (*males jalan mode on 😛 ). Alhamdulillah gak perlu jauh-jauh, dari dermaga tinggal belok kiri udah ketemu Labore Homestay. Dari sinilah titik awal eksplorasi Tomia kami dimulai. Walaupun hanya 2 malam kami disini, namun itu sudah cukup buat kami untuk menyatakan bahwa Tomia adalah destinasi wajib Wakatobi, underwater-nya indah banget dan banyak spot penyelamannya disini… Terima kasih buat Bang Fahmi yg menemani kami jalan-jalan mengarungi perairan Tomia.

*Untuk informasi transportasi dan cerita Cah Pantai pada objek wisata lainnya di Wakatobi bisa dilihat di Wisata Wakatobi.

 

@ Koordinat

  • Spot Waha : -5.71508, 123.90781
  • Spot Mari Mabuk : -5.71650, 123.89617
  • Spot Roma : -5.72776, 123.89166
  • Pantai Lakota : -5.72360, 123.90082




PULAU TOMIA

 

1 thought on “Tomia, Destinasi Wajib Wakatobi

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.