Kaledupa & Misteri Udang Merah

Tok… Tok… Tok… Matahari masih belum terbit, udah ada yg mengetok kamar gua. Ternyata bapak juru mudi kapal spid, mengingatkan kalo kapalnya sebentar lagi berangkat. Hafal juga beliau sama jadwal island hopping gua. Hehehe…

Gak pake mandi lagi gua & istri langsung bergegas menuju dermaga. Jam 6 pagi kapal berangkat. Tujuan kapal adalah Wangi-Wangi namun kapal singgah sebentar di Kaledupa hanya untuk menurunkan kami. Ya, hanya kami…

Dermaga yg terletak di sisi barat Kaledupa terlihat sepi. Kebanyakan memang hanya menjadi tempat transit bagi yg mau ke Pulau Hoga. Ditambah lagi hari itu memang bukan tanggal merah, jadi sepertinya cuma kami yg berwisata. Pikir gua ketika itu “Soal transportasi nanti aja deh tanya-tanya penduduk, yg penting foto-foto dulu trus pamerin ke grup whatsapp” 😛

 

Lagi asyik foto tiba-tiba datang pemuda memecah kesunyian (*berasa jadi Rangga AADC 😀 )… Ternyata pemuda tersebut menawarkan untuk mengantar ke Ambeua, yg berada di sisi timur pulau. Doi menebak pasti kami turis yg mau ke Hoga. Gua bilang ke dia kalo tujuan gua gak hanya Hoga (pulau) tapi juga Sombano (masih daratan Kaledupa). Sebagai pecinta hewan terutama makhluk air, gua penasaran akan udang merah penghuni Danau Sombano, yg ceritanya masyhur terdengar sampai seantero nusantara. Itulah tujuan utama kedatangan saya di Kaledupa ki sanak…

Sebagai penduduk asli tentunya sang pemuda itu tau lokasi dari Danau Sombano, namun ini di luar dari default rute antaran ojeg. Diapun bingung mau kasih harga berapa, hanya dia memberitahu kalo tarif ojeg ke Ambeua 30 ribu rupiah. Dia menyerahkan urusan harga ke gua aja, terserah mau dibayar berapa. Hmmm… Yg begini neh yg bikin gua mikir lagi. Untung jaman udah maju, udah ada GPS. Jadi gua bisa estimasi jarak dan durasi. Berangkaaaat…

Tujuan pertama adalah Ambeua, cari penginapan & taruh barang-barang yg gak perlu dibawa. Jarak ke Ambeua sekitar 8 km, kemudian ke Sombano masih 8 km lagi dari situ. Namun, kondisi jalan yg baik membuat cepat sampai di Danau Sombano, waktu menunjukkan pukul 8 WITA ketika itu.

 

Sampai di Danau Sombano, gua terkejut melihat air yg berwarna hijau. Tidak sesuai ekspektasi gua, bahwa danau akan berwarna merah saking banyaknya udang yg kumpul disitu. Ini udang pada kemana ya? Apa lagi ke laut buat nyari makan? Sebagai gambaran, di Danau Sombano memang terhubung dengan sungai kecil yg bermuara ke laut. Hmmm… Tapi bukannya makanan udang ada di danau itu ya? Apa ada resto yg baru buka di laut? Lagi promo kali yak? Fyuh, pokoknya banyak deh pertanyaan yg terlintas di benak gua kala itu. Gara-gara nyariin udang, gua juga jadi perhatian banget sama detil danau tersebut, sampe-sampe gua menyadari formasi batuan disana seperti pondasi pada rumah-rumah tua, mirip kayak reruntuhan candi. What??? Jangan-jangan ini candi??? Sayangnya gua bukan arkeolog yg bisa memprediksi usia batuan. Jangan lagi usia batuan, usia sendiri aja kadang suka lupa… 😀

 

Sang pemuda yg mengantarkan gua… Hadeh, gua lupa namanya (tuh kan, apa gua bilang!)… Ya udah anggap aja Mawar… Si Mas Mawar ini rupanya seperti merasa bersalah sama gua. Dia mungkin ngerasa kalo gua bakal kepikiran bahwa dia mengantar tempat yg salah, menghibur gua dengan statement “biasanya banyak kok mas… mungkin sebentar lagi nunggu air laut pasang…” dan pada akhirnya Mas Mawar menawarkan gua untuk ke tempat lain dulu baru kembali lagi ke danau setelah itu, dengan harapan udang-udang tersebut kembali dari perantauan. Kami pun memutuskan untuk ke desa untuk mencari makan dulu.

Desa Sombano, mayoritas penduduk adalah nelayan ikan, pemburu gurita, pengumpul kelapa & petani rumput laut. Tidak ada warung makan disini, namun kami mengunjungi rumah seorang nelayan. Kebetulan masih ada ikan hasil melaut semalam yg belum dikirim ke distributor. Harga satuannya bikin gua kaget : 2 ribu rupiah untuk ikan baronang bakar ukuran 20-30cm! Maaakkk… Murah bingit… Hmmm… Kagetnya gak berlangsung lama karena gua tersadar kalo gua gak doyan makan ikan. Akhirnya gua pesen 10 biji walaupun kami berempat cuma makan masing-masing satu.

Istirahat sebentar, perjalanan kami lanjutkan dengan menyusuri pantai, jam 10 baru kembali ke Danau Sombano. Apa mau dikata, udang-udang itu tidak muncul juga. Sedih sekali hatiku seperti tidak bisa menerima kenyataan ini. But life goes on, kami memutuskan balik ke penginapan. Suatu hari nanti gua bertekad kembali ke sini lagi untuk melihat udang-udang, sekalian meneliti apa benar danau tersebut adalah reruntuhan candi. Pesan gua buat para arkeolog, kalo benar itu candi, please kasih nama Candi Cah Pantai ya… Soalnya gua yg nemuin duluan…

*Untuk informasi transportasi dan cerita Cah Pantai pada objek wisata lainnya di Wakatobi bisa dilihat di Wisata Wakatobi.

 

@ Koordinat

  • Danau Sombano : -5.48037, 123.70068
  • Pantai Sombano : -5.47548, 123.69399




PULAU KALEDUPA

 

1 thought on “Kaledupa & Misteri Udang Merah

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.