Teluk Kiluan, Perjuangan Menyaksikan Lumba-Lumba & Mengarungi Ombak Samudra

Liburan yg tidak seperti biasanya, kali ini gua tidak ditemani oleh istri tercinta. Bukan tanpa alasan, ini disebabkan traveling kali ini gua prediksi akan sangat menyiksa diri. Teluk Kiluan, destinasi ini sebenarnya sangat terkenal, namun akses yg sulit menyebabkan tempat ini kalah pamor dengan Pahawang yang terpisah jarak udara 18km.

Membaca beberapa referensi di internet tetap saja membuat bingung karena pemaparan yang berbeda-beda soal transportasi menuju Teluk Kiluan. Namun, justru disitu tantangannya.

Berangkat dari terminal Kampung Rambutan Jakarta, tiba di Merak setelah 6 jam perjalanan (4 jam di jalan, 2 jam ngetem). Di pelabuhan lintas Jawa-Sumatra ini gua bertemu si Julian yg sebelumnya mau ke Ujung Genteng tapi berhasil gua pengaruhi untuk ke Kiluan. 😀

Sebelum subuh kami tiba di Bakauheni, Lampung. Istirahat sebentar, kemudian kira-kira jam 5 lewat kami melanjutkan perjalanan dengan travel ke kota Bandar Lampung. Tujuannya adalah perempatan Kali Balok, yg menurut referensi beberapa artikel di dunia maya terdapat travel menuju Teluk Kiluan.

Setibanya disana kami tak menjumpai satupun travel menuju kesana, yg ada mereka menawarkan charter mobil dan tentunya dengan harga yg gila-gilaan. Gua kemudian menelpon seorang teman disana untuk meminta tolong dicarikan rental mobil lepas kunci, namun berhubung hari esoknya adalah liburan panjang semua rental full booked. Akhirnya gua putuskan ngeteng menuju Kiluan.

Tiga kali gonta-ganti angkutan, 2 angkot biasa & 1 mobil bak yg dipasang terpal, kami tiba di Padang Cermin. Di tempat inilah terputus moda angkutan umum. Clingak clinguk di pertigaan jalan, seorang bapak menyapa kami. Ternyata pekerjaan sampingan dia adalah tukang ojeg dan menawarkan 150 ribu rupiah per orang untuk jasa ojeg. OMG… Mahal bingit… Pantes aja di internet tidak gua temukan catatan perjalanan solo backpacker kesini…

Gua putuskan tidak tergoda tawarannya dan sempat terpikir mengaktifkan Plan B yaitu Pulau Pahawang, sampai suatu ketika seorang bapak yg lain menawarkan untuk mengangkut kami berdua (cenglu alias bonceng telu) dengan harga 150 ribu, namun kami diharuskan membayar 20 ribu kepada bapak yg menemui kami sebelumnya.

 

Boncengan motor ala cabe-cabean ini sangat menyiksa dikarenakan kondisi jalan yg buruk, terutama 1km menuju gapura Kiluan. Apa boleh buat, emang ini satu-satunya opsi. Setelah sempat ke bengkel untuk betulin rantai motor dan pecah ban di 1km terakhir, akhirnya kami sampai juga di Teluk Kiluan! Legaaaa…

Teluk Kiluan merupakan istananya lumba-lumba. So, sudah pasti ini jadi tujuan utama. Beruntungnya kami, tidak banyak wisatawan yg datang pada hari itu sehingga pandangan kami luas untuk menyaksikan mamalia laut itu berenang kesana kemari. Selain itu, ada hal lain yg membuat takjub yaitu derasnya ombak samudra menghantam formasi batuan di pantai Gigi Hiu. Kami menyaksikan itu dengan cara berbeda. Kebanyakan orang menggunakan sepeda motor, kami memilih menggunakan jukung untuk menuju kesana. Tingginya gelombang laut membuat kami terombang-ambing di lautan menjadi sensasi & kenikmatan tersendiri, berasa jadi Jack Sparrow di Pirate of Carribean. Untuk bawah airnya, karena dulu banyak nelayan lokal mencari ikan dengan bom mengakibatkan karang-karang di sekitar mati, arus yg kencang juga membuat visibilitas menjadi rendah.

Sebagai tambahan info, dari Kiluan terdapat travel yg mengantar ke Bandar Lampung setiap jam 7 pagi, tarifnya 60 ribu rupiah. Travel ini hanya ngetem sebentar di Bandar Lampung sekitar jam 10-11 pagi. Jika mau nyegat untuk yg ke arah Kiluan bisa nunggu di sepanjang jalan selepas gudang garam Teluk Betung. Mobil pribadi dengan ciri 4 jendela terbuka, kebanyakan merk APV.

 

@ Koordinat

  • Teluk Kiluan : -5.77092, 105.10421
  • Pulau Kiluan : -5.78180, 105.09282
  • Batu Candi : -5.77406, 105.09441
  • Gigi Hiu : -5.75604, 105.07670




TELUK KILUAN

 

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.