Gak seperti temen-temen gua sesama anak teknik yang sudah berkali-kali mondar-mandir di Kalimantan, bagi gua ini adalah kali pertama menginjakkan kaki disini. Wajar sih, beberapa teman bekerja Kalimantan dan bahkan ada yang sampai menetap disini. Kalimantan memang lebih terkenal di dunia kerja, terutama sektor pertambangan, dibandingkan dengan tempat wisatanya. Jika kita naik penerbangan pagi hari bisa kita saksikan spot-spot bekas galian menganga di beberapa lokasi. Gua gak mau membahas ini karena hanya akan jadi kontroversi, yang jelas gua kesini untuk berwisata dan tujuan gua adalah Kepulauan Derawan.
Kepulauan Derawan berada di provinsi Kalimantan Timur, tepatnya di Kabupaten Berau. Ada empat pulau yang terkenal disini sebagai destinasi wisata yaitu Derawan, Maratua, Kakaban dan Sangalaki. Untuk menuju ke Kepulauan Derawan ada beberapa opsi. Pertama adalah cara yang paling banyak dilakukan oleh wisatawan yaitu melalui kota Berau kemudian lanjut perjalanan darat ke Tanjung Batu, baru menyeberang dengan speedboat ke Derawan. Kedua adalah penyeberangan langsung dengan speedboat dari Tarakan. Untuk penyeberangan reguler hanya bisa dilakukan pada hari Jumat dimana ada kapal umum yang berangkat ke Derawan (dan kembali ke Tarakan pada hari Minggu), sedangkan pada hari lainnya hanya tersedia kapal charteran. Info yang gua tau belakangan ketika gua & istri berada disana, sudah tersedia penerbangan langsung dari Tarakan dan Berau ke Pulau Maratua hanya pada hari Rabu. Kami sendiri ketika itu memilih opsi yang pertama. Pertimbangan gua adalah kala itu kami berangkat hari sabtu, akan lebih hemat jika start dari Berau.
Hal yang paling bikin pusing dalam menyusun rencana perjalanan adalah ketika penerbangan harus transit. Seperti yang kita tau, penerbangan di Indonesia delay sudah biasa jadi akan sangat beresiko jika kita memilih penerbangan transit dengan selisih waktu yang sebentar. Kalau pemikiran gua daripada ketinggalan (pesawat) lebih baik menunggu, dan itulah yang kami lakukan dalam perjalanan kali ini. Demi mengejar target tiba sebelum gelap di Derawan, gua dan istri sepakat untuk ‘lagi-lagi’ menginap di bandara. 😀
Berangkat dari bandara Halim Perdanakusumah di Jakarta dengan jadwal penerbangan pukul 19.40 ternyata molor, mengakibatkan kami baru tiba jam 1 malam dari yang seharusnya pukul 22.50. Kondisi bandara Sepinggan Balikpapan sudah gelap ketika itu. Bandara yang menjadi satu dengan pusat perbelanjaan ini ternyata menerapkan jam malam. Setelah penerbangan terakhir bandara Sepinggan akan mengunci pintu-pintu dan mematikan lampu. Busyet dah, sama kayak kost-kostan perempuan aja nih. 😛
Pada akhirnya, sambil sedikit mengulur-ulur waktu gua dan istri keluar dari ruangan bandara. Beberapa orang menawarkan jasa antar ke penginapan. Murah sih, tapi kami takut kebablasan. Apalagi baru tidur dini hari, so kami tetap memutuskan untuk tinggal di area bandara. Seorang petugas bandara menyarankan kami untuk beristirahat di bandara lama, katanya ada karpet yang bisa dipakai untuk tidur-tiduran. Gua kemudian menitipkan barang bawaan kepada istri untuk melakukan survey lokasi yang ditunjuk. Ini enaknya backpacker berduaan, bisa saling bekerjasama dan berbagi tugas.
Gua kemudian menyusuri Bandara Sepinggan. Ternyata bandara lama sangat gelap, lebih gelap dibanding tempat kami tadi. Lampu luar gedung bandara baru tetap menyala, sedangkan di bandara lama malah mati total. Waduh, rawan gini neh… Rada parno, gua akhirnya kembali ke tempat tadi dan memutuskan untuk bermalam di sebuah kursi di samping mesin minuman (lumayan kan kalau haus gak perlu jauh-jauh mencari). Untungnya penerbangan tadi delay, sehingga waktu menunggu pagi juga tidak terlalu lama. Hmmm… Ternyata ada hikmah di balik setiap kejadian.
Gak sia-sia perjuangan kami, sore hari kami sudah tiba di Derawan. Sebagai tambahan informasi untuk anda yang ingin kesini juga melalui Berau, ketika tiba di bandara Kalimarau keluarlah dari bandara dengan segera jika anda ingin melanjutkan dengan mobil tarif reguler. Jika telat, hanya akan tersedia mobil charteran. Perjalanan menuju ke Tanjung Batu juga penuh goyangan, selain kondisi jalan yang jelek dan berliku-liku, kita juga disuguhkan house music di dalam mobil 😀
Kepulauan Derawan menawarkan keindahan yang komplit. Selain pesona alamnya, keanekaragaman fauna air juga menjadi daya tarik wisata disana. Dua diantaranya adalah penyu yang banyak berseliweran di sekeliling pulau dan ubur-ubur Danau Kakaban yang tidak menyengat seperti ubur-ubur pada umumnya. Kepulauan Derawan memang terlihat bagaikan titik dibandingkan pulau Kalimantan. Namun pesonanya menyilaukan bagai permata di atas sekam, menjadikan tempat ini menjadi destinasi wisata pertama gua di bumi Kalimantan.
Berikut adalah spot-spot di Kepulauan Derawan yang sudah gua kunjungi, silakan dibuka setiap lokasi pada link dibawah ini untuk melihat dokumentasi dan reviewnya.
Waktu kunjungan terbaik Kepulauan Derawan adalah bulan Maret – Mei dan September – Desember, pada bulan Juni – Agustus kondisi cuaca tentatif. Buat yang mau kesini tapi gak mau repot, kami juga menyediakan open trip & private trip ke Kepulauan Derawan. Silakan lihat jadwalnya di Open Trip Cah Pantai.
4 thoughts on “Kepulauan Derawan, Permata di Bumi Kalimantan”